ARSIP NASIONAL PUNYA POSISI STRATEGIS
Keberadaan lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang masih sering dipandang sebelah mata ternyata justru mendapat apresiasi dari Komisi II DPR. Sejumlah anggota Komisi II menilai lembaga itu memiliki posisi strategis. Hal itu terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi II dengan Kepala ANRI Djoko Oetomo yang dipimpin wakil Ketua Komisi Teguh Juwarno, Kamis (26/11).
AW Thalib (F-PPP) dalam pertemuan itu menilai ANRI merupakan lembaga strategis di Indonesia. Lembaga itu tidak hanya sekedar menyimpan dokumen atau arsip namun fungsinya sangat nyata dalam pengembangan bangsa ke depan.
”ANRI lembaga strategis yang ada di Indonesia dan bisa jadi acuan dalam pengembangan strategi karena menyimpan dokumen yang sangat berharga,” katanya.
Selain itu, ia juga menilai arsip dapat menjadi pemersatu bangsa.
Lebih jauh, AW Thalib menjelaskan bahwa dikalangan masyarakat masih sangat minim dalam hal tata arsip. Menurutnya banyaknya sengketa yang terjadi antara masyarakat maupun lembaga dengan masyarakat menunjukan masih rendahnya kesadaran itu.
”Sering terjadi sengketa antara masyarakat dan instansi maupun masyarakat dengan masyarakat,” ujarnya seraya mencontohkan sengeketa tanah.
Sementara itu Nurul Arifin (F-PG) meminta supaya ANRI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional untuk mengajak siswa sekolah mengunjungi ANRI. Menurutnya, hal itu untuk mengenalkan sejarah bangsa kepada generasi penerus. ”Jangan sampai generasi penerus tidak mengenal sejarah bangsanya,” katanya.
Pro Aktif
Kinerja ANRI yang dinilai sudah cukup baik tetap mendapat perhatian Komisi II DPR. Djamal Azis (F-Hanura) dalam pertemuan itu meminta supaya ANRI lebih pro aktif dalam menyelamatkan hasil karya maupun arsip nasional.
”Banyak produk anak bangsa yang harusnya dapat perhatian ANRI,” katanya.
Djamal Azis mencontohkan hasil karya seni berupa lukisan anak bangsa yang bernilai seni sangat tinggi. Menurutnya ANRI semestinya dapat menyelamatkan hasil karya itu.
”Lukisan anak bangsa banyak yang diburu kolektor dunia,” katanya.
Lebih jauh, ia mencontohkan tempe sebagai hasil produk asli Indonesia. Djamal Azis mendesak supaya ANRI juga menyelamtkan tempe sebagai warisan nasional, mengingat saat ini tempe telah dipatenkan Jepang.
”Tempe seharusnya diarsipkan karena ini merupakan hasil karya anak bangsa yang dipatenkan Jepang,” katanya.
Dalam pertemuan itu Djoko Oetomo menjelaskan jajarannya telah berupaya pro aktif dengan adanya mobil sadar arsip. Mobil ini bekerja dengan cara jemput bola ke tengah masyarakat.
”Selain untuk menyelamatkan arsip yang berada ditangan masyarakat, juga untuk sosialisasi,” katanya.
Sementara itu dalam hal kerjasama dengan luar negeri, ANRI telah bekerjasama dengan sejumlah negara diantaranya Belanda, Singapura, Australia, Yaman, Portugal dan Suriname. (bs)